Makam Walisongo

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Adalah wali yang pertama kali menyebarkan agama islam di tanah jawa, nama beliau sangat banyak dan di kenal di berbagai kalangan, antara lain adalah, Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim, Kakek Bantal, dan Syekh Magribi. dalam sejarah, beliau bukanlah asli orang jawa.

Beliau adalah anak dari Maulana Jumadil Kubro, Mulana Jumadil Kubro adalah ulama asal persia yang menetap di Samarkand, dalam sejarah Maulana Jumadil Kubro adalah keturunan dari syayidina huseun, keturunan ke-10 dari Nabi Mohammad SAW.

 





Sehabis beliau wafat, jasad beliau di kuburkan di desa Gapuro Sukolilo, makam beliau sangat ramai di kunjungi oleh para peziarah dari dalam maupun luar kota, alamat lengkap makam Sunan Gresik adalah : Desa Gapuro, Kec. Gresik, Kab. Gresik, Jawa Timur. Apapun yang terjadi makam adalah tanda dari terjalinnya hubungan batin dari jasad tersebut dengan para peziarah yang datang, baik lewat imajinasi peziarah itu sendiri maupun hubungan batin dari dua dimensi.


Banyak yang percaya jika berdoa di dekat makam Sunan Gresik, beliau akan mendengarkan doa kita dan memperkuat doa kita untuk di sampaikan kepada yang maha kuasa. berziarah adalah salah satu budaya purba yang masih di gunakan sampai jaman sekarang, guna untuk mengingat perjuangan mereka yang sudah wafat, jangan pernah kita remehkan perjuangan beliau sewaktu menyebarluaskan ajaran agama islam, untuk itu, bila Anda mempunyai waktu luang tidak ada salahnya Anda berkunjung ke makam Sunan Gresik maupun Sunan lainnya, sekedar untuk mendoakanya maupun untuk menyambung tali silaturahmi dengan mereka yang sudah wafat.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Mengunjungi makam Sunan Ampel memang bukan hanya sekedar berwisata religi. Di sini pengunjung bisa menikmati arsitektur masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur perpaduan Jawa Kuno dan Arab. Masjid ini juga dipercaya memiliki karomah tersendiri karena meski diserang penjajah berkali-kali namun tidak mengalami kerusakan.




Kayu-kayu jatinya tetap berdiri dengan kokoh menopang masjid. Selain masjidnya, daya tarik lain kawasan Ampel ini adalah perkampungan Arabnya yang cukup terkenal. Kawasan ini berada di Jalan Ampel Suci 45 dan Jl Ampel Masjid 53 dan berjarak 10 km dari pusat Kota Surabaya.

Di kampung Arab ini anda bisa mendapatkan berbagai barang khas Arab, mulai dari fashion seperti gamis, peci, hingga parfum. Ada pula kuliner khas Arab seperti kurma, nasi kebuli, kebab, roti maryam, bahkan air zam-zam. Berkeliling di seputar kawasan Sunan Ampel, membuat anda merasa seperti di perkampungan Arab sungguhan.

3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)


Berdasarkan cerita tutur yang beredar, Sunan Bonang (nama asli Maulana Maqdum Ibrahim) adalah putra Sunan Ngampel Denta (Sunan Ampel) dari istrinya bernama Nyi Ageng Manila (sumber lain menyebut Dewi Candrawati, putri Majaahit). Sunan Bonang diperkirakan lahir antara 1440 atau 1465, dan meningal 1525.

Kembali ke soal makam, seperti disebut di atas, setidaknya ada empat tempat yang disebut sebagai makam Sunan Bonang (itu jika petilasan juga dimasukkan).




Lokasi pertama, dan yang paling populer, adalah yang berada di belakang Masjid Agung Tubang.

Lokasi kedua terletak di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem—ini berupa petilasan. Orang-orang mengenal tempat ini sebagai Mbonang. Di kaki bukit ini kono juga terdapat makam Sunan Bonang, tanpa cungkup, tanpa nisan, hanya ada tanaman melati.

Tapi orang-orang lebih mengenal tempat yang di atas bukit. Di sana, ada batu yang disebut sebagai tempat untuk salat yang juga ada jejak kaki Sunan Bonang. Menurut cerita yang beredar, kesaktian Sunan Bonang membuat batu itu melesat ke atas bukit.
Situs itu berdampingan dengan makam Putri Cempo (Cempa, Campa) dan ini terjelaskan oleh cerita tutur bahwa Sunan Bonang adalah Putra Sunan Ngampel Denta yang berasal dari Cempa.


Lokasi ketiga adalah makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean, Jawa Timur. Ada dua makam yang dipercaya sebagai makam Sunan Bonang di sana. Dua-duanya terletak di tepi pantai.

Dari dua makam itu, hanya satu yang tampak lebih terurus, ada rumah-rumahan yang diberi kelambu khusus di atasnya. Sementara makam satunya statusnya masih simpang siur; antara apakah itu benar-benar makam Sunan Bonang atau makan seorang pelatu dari Sulawesi yang terdampar di sekitar Bawean.

Menurut buku Islamisasi di Jawa: Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad (2000), konon, setelah Sunan Bonang wafat di Bawean, murid-muridnya di Tuhan menghendaki agar Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, tetapi para santri di Bawean menolaknya.

Ada cerita, santri-santri Sunan Bonang di Bawean kena sirep oleh mereka yang datang dari Tuban malam-malam.

Lokasi keempat adalah sebuah tempat bernama Singkal di tepi Kali Brantas di Kediri. Dari tempat itu, seperti dipaparkan oleh Babad Kadhiri, Sunan Bonang melancarkan dakwah tetapi gagal mengislamkan Kediri.

Dari empat lokas itu, manakah yang benar, para ahli sejarah punya klaimnya masing-masing—tentu saja berdasarkan bukti-bukti yang mereka miliki. Kita, terserah mau ikut versi yang mana.

4. Sunan Drajat


Komplek Makam Sunan Drajat secara geografis terletak di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Lokasi makam berjarak 43,3 km dari stasiun Lamongan dengan waktu tempuh 1 jam 8 menit. Lokasi ini sudah ada di peta online, jadi tidak menjadi misteri lagi bagi orang-orang yang berasal dari luar daerah ini.





Bila anda hendak berkunjung ke pastikan obat-obatan pribadi, bekal, kondisi kendaraan pribadi yang baik, dan kondisi tubuh yang sehat. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan.

Makam Sunan Drajat merupakan wisata religi, anda perlu memperhatikan norma dan ketentuan yang berlaku ketika berkunjung, sehingga tidak menggangu ketenangan pengunjung lain dalam beribadah. Namun belum jelas informasi dimana ada atau tidaknya juru kunci yang mengetahui betul daerah wisata ini.

Rute perjalanan dari stasiun Lamongan ke Makam Sunan Drajat :
Stasiun Lamongan – Sarirejo – Plosowahyu – Surabayan – Ngebet – Kendal – Glogok – Takerharjo – Tlogosandang – Banjarwati – Makam Sunan Drajat.

5. Sunan Kudus


Letak Makam Sunan Kudus berada persis di belakang bangunan utama limasan tumpang Masjid Menara Kudus, Desa Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dengan akses tersendiri namun bisa juga lewat gapura butulan dari samping kiri masjid. Di bagian terdepan, dekat jalan, pengunjung melewati gapura beratap genting, dan beberapa puluh langkah kemudian ada gapura paduraksa besar sebelum belok kanan.






Lubang gapura atau regol itu setidaknya bisa dilalui 3 orang, atau empat orang agak berdesakan, namun ketika keluar pulang sempat menunggu lama karena ada tukang bekerja di lubang gapura dan banyak peziarah masuk. Jika memakai konsep kori agung, bisa dipertimbangkan ada regol kecil di kiri kanan regol utama sebagai akses tambahan saat puncak musim ziarah.

Ada sejumlah cungkup berisikan petak kubur di area memanjang yang lebarnya sekitar 8 meter di belakang masjid. Panjang area ini 30 meteran, dengan pintu gapura menuju ke cungkup besar dimana Makam Sunan Kudus berada terletak di sisi kiri, beberapa meter sebelum ujung area. 

Suasana di sekitar cungkup Makam Sunan Kudus yang ramai peziarah dengan latar depan sejumlah jirat kubur. Beberapa ibu tengah berdzikir dan membaca ayat suci dalam tahlil di area dekat Makam Adipati Terung yang ukuran batu nisannya mencolok besarnya. Ia adalah panglima perang Majapahit yang membunuh Sunan Ngudung dalam salah satu peperangan antara Demak dan Majapahit.

6. Sunan Giri


Makam Sunan Giri Gresik ada di perbukitan di Desa Giri, Kebomas, Gresik. Makam ini saya kunjungi dengan mengikuti jalanan lurus dari arah Makam Sunan Prapen, cucunya, yang sebelumnya saya kunjungi, dan masuk dari arah samping makam tanpa lewat undakan.






Makam Sunan Giri bisa dicapai dengan tiga akses masuk, yaitu dari arah Masjid Sunan Giri, dari undakan tengah melewati candi bentar dan patung naga berukuran besar, serta masuk dari arah Makam Sunan Prapen sebagaimana yang saya lakukan pada kunjungan waktu itu.

Boleh dikatakan bahwa makam ini terlihat jauh lebih ramai dikunjungi para peziarah ketimbang makam cucunya, meskipun Giri justru mengalami masa kejayaan pada jaman Sunan Prapen memerintah. Mungkin karena lebih sepuh dan juga pendiri dinasti Giri Kedaton, selain makamnya juga lebih dekat dengan Masjid Sunan Giri.

Bangunan cungkup yang tampak di sebelah kiri adalah makam Sunan Dalem (Zainal Abidin) yang adalah putera pertama dari Sunan Giri. Sedangkan Makam Sunan Giri sendiri berada di sebelahnya, dengan fondasi batuan putih dan dinding gebyok kayu dengan detail ukiran yang rumit dan indah. Hanya saja memang perawatannya menjadi sangat menantang.


7. Sunan kalijaga


Makam dari Sunan Kalijaga ini masih satu kompleks dengan Masjid Agung Demak. Lokasi persisnya terletak di Desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Bintoro, Jawa Tengah.

Dari Kota Semarang, Anda dapat mencapai tempat ini dengan kurun waktu satu hingga satu setengah jam menggunakan kendaraan pribadi.




Tak sulit untuk menemukan makam ini karena sudah banyak sekali petunjuk atau rambu yang mengarahkan dengan sangat jelas ke Masjid Kadilangu atau yang disebut Makam Sunan Kalijogo.

Makam dari salah satu pendiri Masjid Agung Demak ini sangatlah tersohor hingga penjuru Indonesia, dari masyarakat biasa hingga pejabat dan juga artis kerap kali menyambangi makam ini untuk berziarah.

Terlebih lagi ketika hari besar atau penting, peziarah perseorangan atau rombongan hingga mencapai ribuan, mereka berbondong-bondong datang ke makam untuk berziarah atau berwisata.

Meskipun sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat beberapa kejadian mistis di makam Sunan Kalijaga ini, namun hal tersebut tak menyurutkan langkah para peziarah untuk tetap datang.

8. Sunan Muria


Makam Sunan Muria terletak di lereng Gunung Muria di Kabupaten Kudus Jawa Tengah atau tepatnya beralamat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kab. Kudus. Dari Terminal Kudus, anda dapat naik angkutan kota yang langsung menuju ke Muria, yaitu jurusan Colo.






Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, Raden Said adalah putra dari Sunan Kalijaga hasil pernikahan beliau dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngandung. Raden Said dikenal sebagai Sunan Muria karena beliau dimakamkan di Gunung Muria, yaitu sebuah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Kudus, Jepara dan Pati. Sunan Muria merupakan salah satu penyebar agama Uslam di Pulau Jawa bersama sembilan Sunan lainnya yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo.

Di sekitar Makam Sunan Muria, anda juga dapat menikmati berbagai produk asli dari warga sekitar, yaitu misalnya kopi, pisang byar, jeruk pamelo, rambutan, durian dll. Namun produk yang bisa dibilang unik adalah buah parijoto. Parijoto merupakan buah asli Gunung Muria. Masyarakat setempat percaya bahwa seorang ibu yang sedang mengandung apabila memakan buah parijoto maka anak yang dilahirkan akan apabila perempuan maka akan menjadi cantik dan apabila laki-laki maka akan memiliki wajah yang tampan. Cantik dan tampan ini masih simpang siur apakah dalam arti fisik maupun perangainya. Ya, namanya juga mitos yang berkembang di masyarakat, khususnya di seputar Makam Sunan Muria.

9. Sunan Gunung Jati


Setelah wafat, ia dimakamkan di puncak bukit keramat yang dikenal dengan nama Gunung Jati. Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Cirebon Kabupaten,Tak ada keterangan akurat mengenai tanggal wafanya, tetapi ia tetap di hati para peziarah yang setia mendoakan di depan pusarannya. Nama Gunung Jati pun akhirnya masyhur sebagai julukannya yang disematkan dibelakang gelar Sang Sunan, sebagai identitas penebar sunah Nabi Muhammad saw.







Meskipun makam tersebut berada di kompleks keramat Sunan Gunung Jati yang terletak di antara dua bukit Gunung Sembung dan Bukit Gunung Jati, namun lokasi tepatnya berada di bukit Sembung. Sebenarnya bukit Gunung Jati telah dikeramatkan sebelum datangnya Islam, dan kemudian diintegrasikan ke dalam kerangka Islam serta dikaitkan dengan tokoh mitologi yang dipercaya sebagai penyebar Islam sebelumnya, yaitu Syekh Datuk Kahfi, meski hal ini banyak dibantah.

Untuk menuju ke sana, setiap peziarah harus melintasi tangga yang panjang dan berliku dengan dipenuhi ratusan kuburan. Setiap halaman terdapat kuburan lengkap dengan bangunan-bangunan kecil dari kayu. Makam Sang Sunan terletak di tingkat sembilan dengan sembilan pintu gerbang. Kesembilan pintu gerbang itu memiliki nama masing-masing, seperti Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararog, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Teratai yaitu pintu untuk menuju ke area makam Sunan Gunung Jati.

Post a Comment

Previous Post Next Post
close